Monday, June 26, 2017

Renungan di Hari Minggu


Aroma opor ayam dan sambal goreng kentang menyeruak indra penciuman. Perut kosongmu mulai bereaksi mengeluarkan bunyi aneh. Dengan semangat, kau beranjak menuju meja makan untuk menyantap masakan nenekmu yang hanya bisa setahun sekali kau cicipi. Nikmatnya, apalagi sambil mengingat perjuangan menahan rasa lapar sebulan ke belakang.

Sambil terus mengunyah kamu menatap satu per satu keluargamu. Ada Julaeha yang sekarang sudah sukses jadi pebisnis, Udin yang masih berjuang dengan karirnya, juga sepupumu yang lain, Haryanto, sekarang sudah menikah dan punya anak satu.

Memorimu berputar pada belasan tahun lalu, ketika kamu masih berlarian bersama mereka. Main petak umpet. Nobar kartun spesial liburan di TV. Rebutan gamebot lalu berantem. Kemudian dipisahkan oleh hidup masing-masing selama bertahun-tahun dan akhirnya bisa berkumpul kembali hari ini. Rindumu terbayarkan.

Kamu menekan tombol fast forward dalam kepalamu, hingga terbawalah kamu pada memori tadi pagi, di mana sambil berlalu dengan mobilmu kau lihat bapak-bapak bergamis sedang berjalan membawa sajadah bersama keluarganya. Walau hanya dengan sendal jepit dan baju baru murahan, keluarga itu nampak berseri-seri. Satu. Dua. Delapan. Sepuluh. Dua puluh satu. Kau hitung ada puluhan keluarga serupa disepanjang jalan menuju rumah kakekmu.

Tahu-tahu Juleha menyapamu, mengucapkan maaf atas kesalahannya lima tahun kebelakang. Ya, lima tahun, karena dia begitu sibuknya hingga tak sempat mudik dari Sumatra ke Bandung selama lima tahun. Kamu memeluknya hangat. Mengucapkan maaf yang sama.

Tanpa sadar kamu tersenyum. Hari ini adalah hari bahagia untuk semua orang. Hari di mana berkumpulnya sanak saudara yang sudah lama tak bertemu. Hari di mana kita bisa bersama-sama beribadah bersama saudara seiman lain. 

Hari di mana kita diajak berhenti memikirkan hidup yang pelik, mulai mengutarakan maaf pada sesama manusia. Kamu paham betul bahwa tidak perlu momen tertentu untuk meminta maaf, tapi kamu perlu meminta restu untuk membersihkan hati kepada orang-orang yang pernah kamu lukai.

Kamu yang selalu menganggap idul fitri hanya sebagai sebuah ritual, mulai  menikmatinya. Kamu mulai memaafkan teman-temanmu satu per satu. Mengikhlaskan penderitaanmu. Melepas rasa sakit yang kamu simpan bertahun-tahun. Kemudian bertekad untuk menjaga perasaan manusia lain untuk tahun-tahun ke depan.

Bukan lagi sekedar hari Minggu, hari ini merupakan momen evaluasi dan perbaikan diri. 

Selamat hari raya idul fitri. Semoga Tuhan selalu memberkahi kita dengan kekuatan dan kebersihan hati.
vector source:freepik


No comments:

Post a Comment

< > Home
Nisrina Salma © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.