Sekumpulan umat putih-putih memejamkan mata, menyesap kata demi kata.
Seperti layaknya pedagang kaki lima menikmati kopi sachet lima ribuannya.
Bukanlah hal mewah, namun begitu berartinya.
Merasakan keagungan Sang Maha Segalanya.
Getar partikel Tuhan di dalam dadanya.
Mengalirkan rasa hingga menetes air matanya.
Serban dan gamis melilit tubuh
Agar tertanda imannya tak rapuh
Sungguh indah cintanya pada Tuhan
Suci bersih seputih kafan
Memang benar miliknya itu,
Kasih polos bagai seorang gadis
Hingga rela disuruh sadis
Saudara sebangsa dilibas habis
Padahal, Tuhan meminta damai
Ingin kita selalu santai
Mengingatkan dia yang masih lalai
Bukan menyakiti beramai-ramai
Prihatin kami dibuatnya
Ketulusan dipakai yang ingin kuasa
Afeksi dicoreng hajat golongan
Persatuan berakhir kiasan
Serban ini tadinya murni
Atribut bangga akan nurani
Tapi kini ia menjadi
Kain putih si keras hati
Dia jangan disalahkan
Apalagi menuduh Tuhan
Yang berbeda juga bukan jawaban
Mengapa jadi banyak ancaman
Tak minta ada yang mengaku salah
Hanya perlu saling mengalah
Supaya kami kembali suka
Menghargai sesama saudara
-11 Maret 2017
No comments:
Post a Comment