Friday, June 8, 2018

Profesi Impian Sudah Tergapai, lalu Apa?


Menjadi seorang jurnalis adalah impian saya sepanjang menjadi mahasiswa. Begitu lulus, file pdf CV saya langsung bertengger di email-email HRD berbagai jenis media. Ada harian, majalah, media online, hingga televisi. 
Pokoknya mau jadi reporter dulu, soal jadi jurnalis apa, lihat saja nanti. Gaji kecil? Kehidupan keras? Saya siap, demi cita-cita. Begitulah yang ada di pikiran saya saat itu. 

Kalau keinginan kita kuat, pasti ada jalan. Memang itu sih yang nyatanya terjadi.  Berkat informasi seorang teman, saya melamar ke salah satu majalah bisnis yang usianya sudah terbilang tua. 

Selama melamar, meski dengan keinginan yang begitu kuat, saya tidak pernah berharap banyak. Karena harapan yang terlalu tinggi seringkali berlabuh pada kekecewaan. 

Melalui proses interview, tugas liputan, dan psikotes, akhirnya saya lolos. Saya yakin blog ini pun jadi salah satu referensi perusahaan untuk mempertimbangkan saya yang punya nol pengalaman.

Ekspektasi saya ketika masuk kerja adalah bakal mendapatkan training. Oh, ternyata tidak seperti itu sistemnya di sini. Saya dikirim langsung ke lapangan.  Liputan pertama saya? Bisa dibilang gagal sih. Haha. Untung terselamatkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari reporter lain. Saya sendiri tidak melontarkan satu pertanyaan pun.

Kok bisa gagal? Karena topiknya tidak saya kuasai. Undangan saat itu saya dapatkan cukup mendadak, jadi tidak punya waktu semalaman untuk riset. Topiknya sendiri adalah forex, dan narasumbernya seorang ekspatriat dengan aksen yang cukup sulit saya serap ketika itu. Maklum, sudah enam bulan nganggur jadi otak agak membeku. 

Alhasil saya berusaha keras untuk mentranskrip wawancara siang itu dengan sepenuh tenaga. Bermodalkan Google Search, akhirnya selesai juga artikel yang dibuat dengan penuh perjuangan itu. Oke, satu tantangan selesai. Meski begitu, saya merasa itu adalah kegagalan pertama saya. 

Tapi memang kekecewaan itu harus diubah jadi motivasi. Selanjutnya, harus lebih baik lagi. Saya pun mengingat-ingat apa sih kesalahan saya siang itu, supaya ke depan tidak terulang lagi.

Ini adalah bulan ketiga saya bekerja sebagai seorang reporter. Apa yang saya takutkan di awal tidak benar-benar terjadi. Pekerjaan ini menyenangkan sekali. Bukan, bukan karena ini passion saya. 

Untuk seorang fresh graduate dan profesi reporter, gaji yang ditawarkan lumayan. Ritme kerja pun tidak menyiksa, bahkan saya bisa mengerjakan proyek di luar pekerjaan tanpa saling mengganggu. 

Selain itu, benefit yang saya dapat dalam bidang improvement diri ada banyak. Pertama, banyak inspirasi dan ilmu yang didapat. Setiap hari saya bertemu orang-orang hebat, yang sukses di bidangnya, entah itu sebagai pengusaha, manajer, CEO, atau bahkan pedagang UKM. Mereka menginspirasi saya soal apa yang ingin saya lakukan dalam hidup, juga bagaimana cara meningkatkan kompetensi diri. Lebih detail, akan saya ceritakan pada postingan-postingan berikutnya.

Kedua, relasi. Orang-orang tersebut tentu bisa jadi relasi profesional yang sangat baik. Meskipun sejauh ini skill komunikasi saya belum maksimal, saya berusaha terus buat sok asik dengan orang baru. 

Selama beberapa bulan ini saya terus berpikir. Lantas, kalau sudah jadi jurnalis, mau apa?

Ini yang belum saya pikirkan. Pikiran-pikiran saya masih bercabang untuk rencana ke depan. Cabangnya itu ya ke bidang bisnis, yang ternyata menarik juga. Inspirasi ini pun saya dapatkan selama menjalani liputan. 

Cabang lainnya adalah lanjut terus jadi jurnalis yang sesungguhnya. Yang sudah tidak mengandalkan rilis untuk menulis berita. Yang melakukan risetnya sendiri dari nol sampai jadi sebuah berita.

Atau jurnalis petualang, yang menyusuri daerah-daerah konflik, atau hutan hujan tropis di Indonesia Timur, sampai melanglang buana di padang sabana Afrika. 

Kedua cabang itu mau saya pelihara dulu, sama-sama dipersiapkan sambil jalan. Sambil mengikuti online course soal bisnis, saya juga sedikit-sedikit belajar travelling sendiri, fotografi, juga perdalam ilmu jurnalistik.

Kenapa tidak? 

Kalau mengutip kata Bapak saya, "Kamu bisa jadi banyak hal. Kami bisa jadi jurnalis yang juga seorang konsultan bisnis. Toh Leonardo Da Vinci juga bukan hanya seorang pelukas, tapi juga ilmuwan." 

Apapun itu, yang pasti harus bermanfaat buat masyarakat. 

No comments:

Post a Comment

< > Home
Nisrina Salma © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.