Mungkin banyak yang gak setuju sih, karena memang menurut saya pelajaran di sekolah dibawakan dengan sangat membosankan. Waktu SMA, saya sering mengalami momen menguap belasan kali saat pelajaran sejarah. Bahkan gak jarang ketiduran juga.
Bapaknya sih chill aja di depan dengan mulut berbusa-busa. Kasian juga sih gak didengerin, tapi gimana pak.... aku tuh ngantuk banget.
Tapi ternyata, belajar sejarah gak melulu bosenin. Salah satu cara memelajari sejarah secara fun itu ya dengan diskusi sama teman. Sebelumnya, baca-baca lah sedikit tentang topik yang akan dibahas, supaya rasa penasaranmu minimal muncul ke permukaan. Bibit penasaran itu kemudian dipacu lagi dengan diskusi. Cara ini selalu saya praktikkan ketika ada teman yang cocok.
Nah, baru-baru ini, muncul sebuah pertanyaan dari diskusi saya bersama seorang teman.
Dari mana asal manusia?
Apakah kita muncul dari dalam buah duren? Tentu tidak dong ya.
Kita memang sudah belajar bahwa manusia merupakan produk evolusi. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi dari masa ke masa? Bagaimana kita bisa menguasai alam sampai sejauh ini?
Dengan mengesampingkan dulu teori kreasionisme (bahwa Sapiens adalah keturunan Adam dan Hawa), saya bertanya-tanya bagaimana manusia bisa membangun dirinya sejauh ini. Bayangin, saat ini kita bisa terbang kaya burung, ngobrol sama orang di luar benua, bahkan pergi ke luar angkasa! Saya yakin pencapaian kita saat ini gak akan kebayang sama leluhur kita 70.000 tahun yang lalu.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut, saya mulai cari-cari buku tentang sejarah Homo sapiens, dan...... saya menemukan buku yang sangat menarik! Judulnya Sapiens: The Brief History of Humankind oleh Yuval Noah Harari yang ternyata merupakan New York Times Bestseller.
Apa sih yang diceritakan? Ya seperti judulnya, sejarah umat manusia. Tapi yang satu ini anti-mainstream, karena latar waktunya 70.000 tahun yang lalu. Bukan perang dingin, bukan perang dunia, bukan juga Yunani Kuno atau Mesir Kuno, tapi kehidupan leluhur kita yang masih hidup seperti binatang di alam. Kegiatan mereka masih berupa berburu dan bercocok tanam, belum sampai menulis buku atau berfilsafat.
Om Harari (supaya akrab kita panggil Om) memulai bukunya dengan penjelasan soal pengelompokkan makhluk hidup. Makhluk yang berada dalam satu spesies berarti dapat kawin dan menghasilkan keturunan. Kumpulan spesies berbeda yang memiliki leluhur yang sama dikelompokkan ke dalam genus. Contohnya kucing dan harimau.
Yang seringkali kita lupakan adalah bahwa kita juga merupakan makhluk hidup yang tergabung dalam kelompok-kelompok itu. Genus kita adalah Homo, dengan spesies Sapiens.
Sapiens dan Neanderthal |
Awalnya kita punya beberapa saudara, salah satunya Neanderthal. Saudara kita ini kekar banget, sementara kita mah masih cupu, kurus-kurus letoy gitu.
Menurut Om Harari, Neanderthal merupakan spesies dengan tubuh yang kekar dan kuat, sementara Sapiens lebih unggul di bidang interaksi sosial. Neanderthal menginvestasikan energinya untuk kekuatan otot, sementara Sapiens mengarahkannya pada neuron. Hal ini membuat Sapiens menjadi makhluk yang lebih cerdas.
Nah, kerabat Homo kita sudah punah. Kalah saing sama Sapiens. Ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana Sapiens memenangkan kompetisi ini.
Teori pertama menyatakan kalau Neanderthal kalah saing dalam mencari makanan saat Sapiens menginvasi wilayahnya.
Yang kedua agak mengerikan. Sapiens membantai Neanderthal. Om Harari mengatakan kalau kawan Neanderthal ini terlalu mirip sama kita untuk diabaikan, tapi juga terlalu berbeda untuk ditoleransi.
Teori lain mengatakan kalau sebenarnya Sapiens dan Neanderthal sebenarnya sempat kawin dan beranak. Argumen ini gak sembarangan muncul, karena ada hasil penelitian yang menjelaskan bahwa terdapat enam persen kode genetik Neanderthal yang ditemukan pada manusia modern.
Mindblowing, right?
Begitulah persaingan intragenus yang terjadi. Terus, gimana kita bisa mengalahkan makhluk di luar genus kita?
Ternyata temen-temen, ada tiga keunggulan utama manusia yang digarisbawahi oleh Om Harari:
1. Kita bisa mengendalikan api. Kaya Avatar? Gak gitu maksudnya. Jadi, kita bisa mengontrol dan menggunakan api sesuai kebutuhan kita. Pertama, api bisa dipakai buat menakuti hewan buas. Kedua, ini yang paling penting, api bisa dipakai untuk memasak. Efeknya terhadap evolusi manusia sangat besar.
Karena manusia mulai makan makanan yang dimasak, pencernaan manusia bekerja lebih ringan. Apa artinya ini? Artinya porsi energi yang tadinya dipakai buat mencerna, bisa dialokasikan ke neuron dalam otak. Tadaaa, kita jadi sedikit lebih cerdas.
2. Kita bisa berbahasa. Dengan kecerdasan yang kita telah kembangkan, kita punya kemampuan berbahasa yang canggih. Tidak seperti hewan yang kemampuan berbahasanya sekedar mencari posisi makanan, bahasa Sapiens kompleks.
Kita bisa mendeskripsikan segala sesuatu secara spesifik, mewakilkannya dengan kata-kata. Hal ini berdampak besar. Sapiens menjadi pengatur strategi terbaik, kemudian bekerja secara kelompok dengan efektif.
3. Kita bisa berimajinasi. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh spesies lain. Lihatlah barang sekitar kamu. Ponsel, misalnya. Sebelum benda tersebut benar-benar dibuat, tentu para penemunya mengimajinasikan dulu konsep dari ponsel tersebut kan?
Sapiens mampu mengkhayalkan hal yang tidak ada, misalnya uang. Kamu sadar gak, uang itu bukan benda yang 'nyata'. Uang hanya alat untuk memudahkan pertukaran benda. Yang sesungguhnya benar nyata ya barang yang kita konsumsi. Misalnya padi, pisang, rambutan, dan lain-lain.
Di sisi lain, sahabat binatang lain hanya memercayai apa yang ada di depan matanya, seperti halnya monyet yang hanya mau mendekat ketika disodori pisang. Dia gak bisa diancam bahwa kalau dia tidak patuh pada perintah, akan ada setan jahat yang akan menghukumnya. Monyet harus diberikan hukuman kongkrit, disetrum misalnya, sebagai hukuman atas pelanggaran yang dia buat.
Jadi, begitulah bab permulaan dari buku Sapiens. Kesimpulannya belum ada, karena bukunya pun belum tamat saya baca. Saya tergerak menulis ini atas dasar excitement akan hal yang dibahas. Nah, mungkin nanti setelah saya tamatkan bukunya, akan saya buat lanjutannya. Hehe.
(mungkin akan) bersambung...
No comments:
Post a Comment