Pernahkah teman-teman melihat perdebatan di kolom komentar sosial media yang seringkali berujung hinaan dan makian?
Saya sering.
Kejadian dimana dua individu berusaha mempertahankan argumen masing-masing, namun ketika merasa sudah di ujung tanduk, kegagalan logika berpikir terjadi dalam segala bentuknya. Penyerangan akan pribadi pembawa argumen hingga menyambung-sambungkan peristiwa yang sebenarnya tidak berkaitan menjadi jalan pilihan. Apakah kegiatan seperti ini bermanfaat untuk dilakukan?
Berdebat memang terkadang diperlukan untuk memperdalam masing-masing sudut pandang, namun masalah tak terpecahkan dan setiap pihak tetap membeku di masing-masing posisi. Melalui diskusi, kedua ide yang berlawanan tersebut dapat dipadukan menjadi ide yang baru yang berupa hasil peleburan kedua ide sebelumnya. Tan Malaka dalam bukunya menjelaskan konsep dialektika Hegel berupa tesis-antitesis-sintesis, dimana ketika suatu ide eksis (tesis) dikritik dengan suatu ide lain yang bertentangan (antitesis), maka muncullah sintesis yang merupakan peleburan kedua ide tersebut. Immanuel Kant memiliki pandangan yang merupakan bentuk sintesis dari ide kaum rasionalis (bahwa pengetahuan manusia adalah hasil kerja akal) dengan kaum empiris (bahwa pengetahuan manusia bersumber dari apa yang kita rasakan melalui indra). Kant menyatakan bahwa konsep manusia tentang dunia ditentukan oleh akal maupun juga pengalaman yang dirasakan indra manusia.
Perlu kita ingat bahwa ideologi bangsa kita, Pancasila, merupakan hasil peleburan ketiga ideologi yang memiliki kekuatan besar dimasa revolusi kemerdekaan; nasionalisme, Islamisme serta komunisme. Para tokoh di masa itu juga melakukan diskusi demi menentukan apa cita-cita dan identitas bangsa yang paling sesuai dengan Indonesia. Bagaimana bila mereka terus berdebat? Tentu bangsa kita akan terus terpecah belah dan terhambat untuk mulai berkembang.
Meski perdebatan tidak menghasilkan satu pemecahan masalah, bukan berarti pertentangan ide menjadi tidak penting. Perselisihan pendapat merupakan sumber daya utama dalam sebuah diskusi. Seperti yang telah dipaparkan di atas, pembentukan sintesis diawali dari pertentangan antara dua ide.
Diskusi sebaiknya dilakukan dengan kepala dingin dan hati yang teduh. Membawa emosi menggebu-gebu kedalamnya hanya akan menyakiti diri sendiri dan lawan bicara. Sebelum diskusi, akan lebih baik bila kita menyiapkan diri bukan hanya untuk berbicara dan meyakinkan orang lain, tapi juga mendengarkan dengan hikmat. Kompromi dan menghargai pandangan orang lain adalah hal yang dirasa harus dimiliki pelaku diskusi. Tidak ada salahnya menutup sebentar pintu ego dalam hati kita dan mengakui kesalahan-kesalahan kita. Sikap dalam diskusi ini sangat akan menentukan hasil yang akan didapat.
Hal tersebut dapat dicapai apabila kita telah menelusuri dan memahami berbagai pendapat yang saling bertentangan. Pada satu titik, akan tercapai suatu kesimpulan bahwa suatu permasalahan yang sama dapat menjadi terlihat benar-benar berbeda dengan kacamata yang lain. Perbedaan pandangan ini apabila ditelaah lebih lanjut dapat memunculkan suatu pencerahan baru.
Apabila kita memang menginginkan partner diskusi kita menjadi yakin akan pendapat kita, lakukan dengan cara yang tepat. Menurut Dale Carnegie, memaparkan ide sambil menyerang ide orang lain hanya akan membuat ego lawan bicara terluka dan semakin mempertahankan idenya sendiri. Cara terbaik agar orang lain dapat menerima ide kita adalah dengan membuat mereka merasa ide tersebut berasal dari kepalanya sendiri. Buat mereka berpikir dengan mengarahkannya pada ide yang ingin kita sampaikan.
Contohnya ada pada salah satu ceramah Aa Gym terkait pemimpin non-muslim. Aa Gym tidak secara gamblang menyatakan bahwa seorang muslim dilarang memilih pemimpin beragama lain, namun beliau mengemasnya dengan memaparkan kasus Ahok ini dan menekankan bahwa hal tersebut adalah bukti bila kita tidak memilih pemimpin muslim. Beliau berkata seorang pemimpin yang bukan muslim tidak akan dapat merasakan apa yang kaum muslim rasakan, hingga kejadian seperti ini dapat terjadi. Pada bagian akhir, Aa Gym berkata, pilihan untuk memilih pemimpin kembali pada pertimbangan masing-masing individu.
Alangkah baiknya bila kita tidak melupakan sikap-sikap penting seperti yang sudah dipaparkan di atas dalam berdiskusi. Manfaat yang disarikan dalam kegiatan tersebut dapat semakin tinggi apabila dilakukan dengan cara yang benar.
Sebagai mahasiswa yang telah dibekali keilmuan lanjutan, sudah semestinya kita bersikap seperti selayaknya. Mari berdiskusi produktif!
Bahan bacaan:
Carnegie, Dale. 1936. Bagaimana Mencari Teman dan Mempengaruhi Orang Lain. Jakarta: Binarupa Aksara.
Gaarder, Jostein. 2014. Dunia Sophie. Bandung: Mizan.
Malaka, Tan. 2000. Dari Penjara ke Penjara. Jakarta: Teplok Press.
No comments:
Post a Comment